Tanganku sudah sedia menuntun tinta meruntun barisan huruf. Berputar-putar mengisi penuh otakku. Tapi dari mana pula bisa memulai kapital jika kucoba menangkap satu huruf ia berlari menghindar bersembunyi di balik koma, jeda, lalu titik. Sementara satu judul sudah mengetuk keras-keras ujung pena. Otakku semakin penuh membengkak, luber! Aarrgh! Sebagian isinya keburu tumpah dan berpadu dengan para cemooh, maki, dan puji sebelum aku mengingat satu demi satu daripada mereka. Dan bukan itu yang hendak kubeberkan; bukan cemooh, maki, dan puji. Cuma beberapa jumput kalimat yang akan mengatakan...
Bahwa kemarin sang cupid memasangkan sayap di kedua belikatku dan sekarang sang cupid pula yang mematahkannya ketika sudah meninggi aku terbang
Bahwa kemarin sekuntum mawar mekar di kebun kecilku tapi sekarang luluh mahkotanya layu oleh terik
Dan bahwa kemarin ibu mengatakan mencintai bapak tapi barusan ibu bilang ingin membunuhnya!
Juga bahwa kemarin hujan yang menghapus kemarau sekarang malah membanjiri merusak ladangku
Bahwa tamu yang kemarin datang mengetuk pintu kamarku dengan mimik saleh diam-diam menaruh racun di makananku
Lalu kira-kira siapa dan apa yang akan bertamu besok?
Kemudian dirasa otakku melompong! Mungkin huruf-hurufnya sudah berloncatan keluar
Barusan ya?
(lalu tiba-tiba sebuah judul meluncur cepat dari ujung pen)
"Ironis"
Bandung, 24 Februari 2003
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment